Pandemi dan Kabar Seorang Adik
Teruntuk dirimu, Dik.
Lewat telepon genggam, sebuah pesan tersampaikan. Cukup mengejutkan, datang dari seorang adik yang sebelumnya tidak pernah saling mengenal. Katanya, kau ingin sekali menyampaikan langsung tentang ini ya Dik? Tapi keadaan belum memungkinkan ya Dik. Mungkin lain kali kita bisa dipertemukan? Jika tidak di dunia, mungkin di surga-Nya? Aamiin..
Kaget dan
terharu. Dua rasa yang menjelma tiba-tiba atas sebab datangnya ucapan terimakasih
dari seorang adik kecil. Belum pernah kenal, tidak tahu bagaimana orangnya dan
tiba-tiba mendengar ucapan terima kasih. Hal ini membuat aku berpikir ratusan
kali, memangnya aku sudah berjuang apa untuknya?
Akhirnya lewat
seorang narahubung, aku dapat berkenalan dengannya. Namanya Ali, bertempat tinggal
cukup jauh dari kotaku. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan sekolah dasar. Meski
keluarganya bukan golongan mampu, tapi aku salut dengan semangatnya menuntut
ilmu. Alhamdulillah, saat ini banyak uluran tangan yang telah memberi bantuan
kepadanya.
Lalu, bagaimana aku bisa mengenalnya?
Kisah ini berawal dari kekhawatiranku tentang bagaimana cara untuk bisa berbagi. Menjadi seorang mahasiswa dengan bantuan beasiswa pemerintah, membuatku terus bersyukur atas bantuan yang bisa membantu langkah kakiku tanpa ragu. Untuk itu sebagai bentuk syukur, aku juga ingin terus berbagi.
Berbekal informasi yang aku dapatkan, akhirnya aku menemukan organisasi yang mengelola dana untuk membantu anak-anak. Alhamdulillah, tidak berpikir lama aku langsung bergabung. Semangat berbagi ini hadir karena aku merasa ini adalah kewajibanku sesama muslim untuk saling membantu. Memang bukan dinilai dari banyak atau sedikit yang diberi, tapi juga tidak perlu menunggu kaya dan berlimpah harta bukan untuk sekadar berbagi?
Tapi, kenapa
harus kepada anak-anak?
Pandemi, di belahan hati lainnya
Tidak lantas semua
menjadi mudah ketika kegiatan belajar menjadi daring. Tidak lantas semua bisa, ketika
kuota internet masih menjadi kendala. Pelik sekali rasanya. Bukan hanya tentang
handphone atau laptop yang tidak dimiliki, tapi juga tentang kuota
internet yang tak terbeli atau sinyal yang tidak menyanggupi. Terlebih mendengar
berita tentang bagaimana mereka berjuang belajar dengan cara yang terlanjur salah, tidak
kah sesak ketika hal ini terjadi di sekitar kita?
Tidak pernah mudah memang bagi siapapun termasuk anak-anak, tidak ada yang pernah siap dengan hadirnya COVID-19. Mereka harus adaptasi dalam era baru dengan perubahan yang cukup signifikan. Tiba-tiba, harus membiasakan diri untuk cuci tangan setiap melangkah pergi. Masker selalu terpakai tanpa henti, tidak kenal lagi mana teman yang sedang tersenyum atau bersedih. Mungkin akan mudah bagi dewasa untuk terbiasa, tapi bagaimana dengan si kecil ini yang hobinya masih suka berlari kesana kemari? Sanggupkah ia menghadapi kebiasaan baru dengan hanya berdiam diri? Sedangkan saat ini adalah masa yang harus dihabiskan dengan bermain dan belajar, tidakkah ia merasa perubahan ini merenggut banyak mimpi?
Mengenai Ali, aku
tidak tahu banyak kabarnya mengenai bagaimana kehidupannya saat ini. Semoga
pandemi ini tidak menghalanginya dalam bertumbuh. Semoga bantuan yang datang meringankan
langkahnya dalam menuntut ilmu. Rasanya ingin sekali bertemu adik kecil ini tuk sekadar memeluk dan menyakinkan bahwasanya masih banyak orang baik yang tidak
akan membiarkannya hidup sendiri. Banyak sekali yang masih memiliki semangat berbagi di era baru, terlebih untuk para penuntut ilmu.
Hai Dik, ini untukmu.
Semoga selalu ada kebaikan dimanapun langkahmu. Diiringi banyak rasa bahagia di setiap prosesmu menuntut ilmu. Terus berjuang ya, tanpa kenal waktu. Kamu pasti mampu!
Pesan
singkat itu aku titipkan pada narahubung dan ia berjanji untuk menyampaikan rekaman
suaraku langsung pada Ali. Wah! Bagiku berbagi bukan hanya soal bagaimana dan
apa yang bisa kita beri, tapi juga bagaimana pemberian itu bisa sampai di hati yang
ditujunya. Sebab bukan hanya tentang materi, tapi bagaimana senyuman itu bisa
disaksikan tiap hari. Sebab bukan hanya untuk menemukan bahagia di hati, tapi
bagaimana bahagia itu juga bisa bekerja di hati yang lainnya.
Tangan-tangan penghubung
Kisahku
mungkin tidak seberapa jika dibandingkan para dermawan yang bersembunyi dalam
misi memberi, atau kalian salah satunya? Aku yakin, teman-teman punya cara
sendiri dalam menebar kebaikan. Bukannya ada seribu jalan untuk menuju kebaikan
kan? Pun saat ini, tangan-tangan penghubung juga sudah tersebar dimana-mana,
bersiap menerima bantuan dan mengulurkannya kepada yang memerlukan.
Penduduk
Indonesia memang banyak yang dermawan ya? Tidak heran jika dalam artikel BBC ini menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara yang paling suka memberi donasi,
hal ini terlapor dalam World Giving Index 2018 dan Indonesia meraih peringkat
teratas. Penilaiannya dilakukan dari tiga aspek yaitu membantu orang yang tidak di
kenal, memberi sumbangan dan bersedia menjadi relawan. Mengagumkan ya, sudah begitu
banyak kebaikan, pun semangat berbagi di era baru ini tak pernah padam.
Tangan-tangan Amanah
Masih bingung mencari lembaga yang tepat untuk diberi amanah dalam mengelola donasimu?
Baiklah, aku merekomendasikan kalian sebuah Lembaga Amil Zakat (LAZ)
U Care Indonesia, yang merupakan salah satu solusi untuk teman-teman yang
memiliki semangat berbagi di era baru. Mereka akan membantu menyalurkan zakat,
infaq, shadaqah dan dana sosial lainnya. Mengenai legalitasnya, bisa langsung
di cek di LAZ UCare Indonesia. Tidak hanya itu, LAZ UCare Indonesia juga memiliki
banyak prestasi loh dan terimakasih atas dedikasinya selama 3 tahun
Lalu, bagaimana LAZ UCare Indonesia menyalurkan dana? Nah, ini ada beberapa program mereka.
Bagaimana? Kalian berminat menjadi salah satu tangan yang terus berbagi di era baru ini? Yuk, kita sama-sama berbagi lebih banyak lagi. Mulai dari hal kecil, mulai dari sekadar, dan tentunya dengan niat yang tulus dalam berbagi.
Yuk, kita saling membahu, menanamkan
bahagia di hati lainnya. Mencipta jejak kebaikan pada langkah saudara kita. In
syaa Allah, tidak pernah merugi orang yang memberi. Bismillah yuk!
Referensi
https://www.ucareindonesia.org/
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-46088754
Disclaimer
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog LAZ UCare Indonesia
0 Response to "Pandemi dan Kabar Seorang Adik"
Post a Comment